Selamat Hari Guru

Sialangpalas - Aku masih ingat betul kejadian itu, saat pak kepala sekolah memerahiku hingga keluar makian khas preman pasar. Dengan  mulut gemeretak, muka memerah menahan marah dia mendekatiku sembari mengupat, "kupecahkan kepalamu!". Mendengus beringas dan mengepalkan tangan ke mukaku. Tentu aku yang masih berumur 10 tahun menggigil mendengar hardikan itu.

Dalam suasana tegang itu aku sempat melihat di jari manis kanannya melingkar cincin batu akik besar. Memang tak salah kalau sempat kepalan itu dilayangkan, kepalaku bisa pecah.

harian.analisadaily.com

***
Itu terjadi saat aku masih di kelas 4 SD. Siang itu pak kepala sekolah muntab, naik pintam. Kelas kami yang awalnya hening tetiba gaduh. Ada yang asik bergendang meja, ada yang ngerumpi, ada yang bermain gundu, ada juga yang main karet gelang, membuat suasana ruangan seperti pasar malam.

Ruang kepala sekolah berjarak dua ruangan lagi dari kelas kami dan masih dalam satu bangunan memanjang.Mungkin karena terlalu gaduh suaranya terdengar sampai pak kepala sekolah merasa terganggu.

Saat itu kami sedang bermain adu gundu dari biji pohon karet. Karena biji karet yang jadi gaco milikku pecah, dengan enteng kulempar dari dalam ke luar pintu. Tapi memang lagi ketiban apes, tiba-tiba bapak itu masuk ke ruangan kami, hampir saja pecahana biji karet itu mendarat di kening pak kepala sekolah yang botak licin itu.  Untung saja beliau bisa menghindar.

Makin meletup-letuplah amarahnya, yang tadinya mungkin hanya berniat memarahi seluruh siswa di ruangan, kini justru hanya memarahiku sambil mengumpat khas gaya pereman pasar. Wajahku mendadak pucat seperti tak berdarah, bibirku kelu, bukan main menggigil badan ini menerima makian sebegitu kasar dari orang yang selama ini kami hormati.

***
Ada lagi, ini juga akibat kelas kami yang ribut karena tidak ada guru mengisi jam pelajaran. Pipiku pernah dijewer sambil ditarik ke kiri dan ke kanan, atas dan bawah dengan keras oleh guruku. Tentu sakit sekali. Gara-garanya hanya karena aku tak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan guruku, "Berapa hasil 0x1?" Kadung takut dengan sosoknya yang terkenal ganas, kujawab hasil 0x1 = 1.

Karena jawabanku salah, habislah pipiku dijewernya! Ia tak hanya menyasarku, teman-teman yang menjadi biang keladi kegaduhan juga dapat pertanyaan soal matematika. Dan ironisnya semua anak yang mendapat pertayaan itu tak ada satupun yang menjawab dengan benar.  Habis juga pipi mereka kena jewer.

Cerita lain, juga tentang tangan kami yang sering kena tabok menggunakan penggaris kayu jika kuku tangan panjang dan kotor. Ini sering dilakukan setelah baris-berbaris selesai sebelum masuk ke ruangan. Biasanya satu minggu sekali dilakukan pemeriksaan.

***
Di hari guru ini ingin kuucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada guru-guru yang telah mendedikasikan waktunya bagi anak didiknya. Berkat merekalah kami bisa menjadi orang berilmu.

Atas perlakuan guru yang kuceritakan di atas, semua itu tak pernah masuk ke hati. Aku yakin hukuman itu dilakukan semata-mata agar muridnya menjadi menjadi anak baik. Tak ada terlintas dendam sedikitpun di hati karena perlakuan mereka dulu. Bahkan kepala sekolah yang akan memecahkan kepalaku dan guru matematika yang menjewerku jika kami bertemu tetap kutegur. Aku percaya mereka melakukan itu semata-mata rasa cinta pada muruidnya. Itu saja.

Semoga kesejahteraaan mampu dinikmati oleh semua insan pendidik, tak sebatas mereka yang telah menyandang status pegawai negeri. Agar tak ada lagi kisah guru yang kurang sejahtera.

Semoga mereka juga mampu menemukan dan mengasah bakat emas murid-muridnya. Mampu menumbuhkan rasa haus ilmu agar bangsa ini semakin maju. (foto: harian.analisadaily.com)

***SELAMAT HARI GURU***
LihatTutupKomentar