5 Hal Ini Perlu kamu Pertimbangkan Sebelum Menikah


Sialangzone - Siapa yang tak ingin menikah. Rasanya sedikit sekali ya orang yang memang berniat melajang sampai mati. Karena normalnya manusia tentu memiliki keinginan, di sisa hidupnya ada seseorang yang bisa menjadi pendamping sekaligus teman hidup.

Sudah menjadi alaminya setiap segal hal yang hidup (multiselular) membutuhkan pasangan untuk beregenerasi. Tanpa adanya perkawinan tentu akan kacau sistem kehidupan ini.

Binatang perlu kawin, manusia juga perlu kawin. Binatang hanya mengikuti hawa nafsunya, mereka tak memerlukan ikatan pernikahan untuk melakukan perkawinan. Sedangkan orang beragama tidak, ada prosesi dan yang dibarengi dengan ikrar janji tanggung jawab yang diaplikasikan secara kontinyu, sebelum alat perkembangbiakan beradu. Hak dan kewajiban mengikat. Tidak main seruduk saja, ada tahap-tahapnya. Itulah pembeda antaran manusia beradap dan binatang tak berakal.

Berbicara tentang perkawinan tidaklah terfokus pada sesi seputar anu saja. Banyak hal yang harus direncakanan secara matang untuk mendukung perkawinan tetap langgeng, termasuk kesiapan mental. Ini yang sebelumnya sudah disebutkan di paragraf di atas, prosesi dan tanggung jawab secara kentinyu. Namun sayangnya hal ini justru yang sering luput dipersiapkan orang-orang muda yang ingin membentuk sebuah rumah tangga. Terbius indahnya cerita manis akhirnya mengabur realita berumah tangga.

Ya, realita biduk rumah tangga tidaklah melulu indah. Ada saja badai pengganggu bahtera kala berlayar. Dan ikrar janji bertanggung jawab memenuhi hak dan kewajiban tidak mudah dilakukan oleh mereka, orang-orang bermental kerupuk.

Bagi mereka yang sudah siap lahir bantin, cobaan yang disematkan dalam perjalanan rumah tangga justru mampu menjadi bahan bakar penyemangat. Tak gentar meski  kadang batin bergetar menahan perih cobaan, menangis tapi tidak membuat semangat terkikis, berpeluh tapi tak menjadikan diri pengeluh. Ia tetap berdiri.

Sedangkan mereka para mental kerupuk nampak tegas dan tegar di awal, namun saat gelombang datang kerupuk mulai layu, melempem tak berderak sedikitpun. kelezatan kerupuk tak tampak lagi. Pernikahan yang diharap bisa memberi kedamaian justru membawa kita ke ruang gaduh. Jadi stress.

Untuk mengurangi resiko stress ada hal perlu diperhatikan sebelum memutuskan mengakhiri masa lajang 'mblo (versi pribadi):

1. Siapkan mental
Saat seseorang ditanya tentang kesiapan mental menikah, mungkin semuanya menjawab siap. Lahir batin. Tapi semua akan dibuktikan setelah terjun langsung. Dengan ujian hidup secara langsung, kesiapan mental tersebut diuji, siap yang sebenarnya atau hanya sebatas lip service.

Ada banyak perubahan setelah menikah, bisa dari perubahan sikap pasangan atau perubahan sikap keluarga pasangan. Hal hal begini betul-betul menguras emosi. Kalau mental belum siap bisa bisa tumbang.

2. Ekonomi
Tidak, wanita tidak bisa dicap matre cuma karena dia mempertimbangkan kesiapan ekonomi dalam kriteria pria pendamping hidup. Ini hal lumrah. Ekonomi/ kemampuan finansial memang perlu dipertimbangkan. Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya perlu uang. Tentu bukan berarti calon pasangan harus memiliki kekayaan mumpuni. Cukuplah ia memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan dasar seperti makan, pakaian dan tempat tinggal (walaupun ngontrak). Kan tidak lucu, pas pacaran dulu romantisnya bukan main. Kasih bunga, beri hadiah coklat, sering ngajak nonton bioskop bareng, eh, giliran nikah memenuhi makan keluarga saja masih minta bantu orangtua.  lambat laun cinta akan hilang bila sering terbentur kebutuhan.

3.Etos kerja
Cari pasangan yang memiliki semangat cari harta halal tinggi, tidak pengeluh. Sakit rasanya saat kebutahan dapur mendesak lihat suami masih enak-enakan tidur. Atau dapur masih berantakan, anak belum dimandikan, eh, si ibu asik-asikan fesbukan. Jadi sebelum memilih pasangan, kenali betul karakternya. Bila perlu gunakan ujian psikotes untuk menentukan lulus tidak lulusnya dia jadi pasangan halal. hehe..

4. Tidak Saklek
Banyak lho orang di luar sana yang memiliki pasangan kaku. saklek. Teliti betul tentang hak dan kewajiban. Jika dia sudah memenuhi kewajibannya  ia tak mau lagi kompromi, hak harus segera dipenuhi tak melihat situasi kondisi. Biasanya laki-laki yang sering memiliki sifat ini. Mentang-mentang pulang kerja istri tak sempat membuatkan minum dan makan dia marah besar. Padahal di rumah istri kerepotan betul mengurus anak dan rumah.

Pilihlah pasangan yang enak diajak diskusi, tidak saklek. Pasangan seperti ini meski tidak menjamin kekayaan, tapi dia bisa memberimu kedamaian.

5.Pilih yang beragama
Agama penting, jadikan ini syarat utama saat memilih pasangan. Paling tidak ia bisa membedakan mana pahala dan mana dosa.

Udah itu aja.

Jadi mblo, bersegaralah menikah selagi badan masih enak dibawa enak enak. kalau sudah tua jangakan dibawa enak enak, dibawa buat enak aja susah. (foto: intisari-online.com)
LihatTutupKomentar